Selasa, 03 Februari 2009

Mengubah Akar Pohon dan Limbah Belantara Menjadi Kerajinan Gembol











By : Midwan

Akar pohon dan limbah belantara ternyata tidak selamanya hanya menjadi humus. Dengan sentuhan seni seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil di Kota Kendari Sulawesi Tenggara mampu mengubah akar pohon dan limbah belantara menjadi produk bernilai tinggi. Beragam karya monumental banyak tercipta mulai dari  relief, meja berukiran naga dan berbagai macam bentuk lainnya.

Saat kita mebngunugi pusat kerajinan gembol milik I Gede Tanda, tumpukan akar-akar pohon dan limbah belantara akan terlihat menghampar disebuah galeri  pensiunan PNS yang tinggal di jalan chairil anwar Kelurahan Wua-Wua Kecamatan baruga Kendari. Sepintas lalu akar-akar pohon dan limbah belantara yang berasal dari kawasan hutan di Sulawesi Tenggara ini terlihat laksana rongsokan namun jangan salah dari akar-akar pohon dan limbah belantara itulah karya-karya  monumental banyak tercipta. Namun untuk menghasilkan karya terbaik akar-akar pohon dan limbah belantara ini diproses sedemikian rupa. Ali, seorang pekerja dipusat kerajinan itu menuturkan, proses awal akar pohon ini dibersihkan dan dikupas secara rapi dengan menggunakan sebuah mesin dengan mengikuti alur dan bentuk akar. Setelah itu, seorang pekerja akan memoles akar terebut hingga serat kayu menjadi lebih nampak nyata diatas permukaan. Proses ini merupakan tahap awal yang disebut dengan tahap pengupasan. Setiap akar pohon yang telah mengalami poses pengupasan dibersihkan lalu ditampung dalam tempat khusus.

Meski baru memasuki tahap awal namun akar-akar pohon dan limbah belantara ini mulai terlihat menakjubkan. Beragam model cukup banyak tercipta bahkan beberapa bentuk mulai terlihat misalnya untuk stand sebuah meja, namun akar-akar ini masih harus diproses lebih lanjut. Setelah melalui proses pengupasan akar-akar pohon yang telah  berbentuk ini dihaluskan. Selain untuk membuat lebih menarik proses ini juga untuk membuat serat alamiah yang menjadi ciri khas karya ini menjadi lebih kelihatan nyata. Hasilnya pun cukup fantastis. Lihat saja model kursi ini, tonjolan yang menghiasinya menjadi lebih artistisk dan serat-seratnya menjadi lebih kelihatan nyata.

Ditempat lain para pekerja sibuk menciptakan ukiran kaligrafi  beberapa diantaranya membuat relief dan membuat model kursi dalam bentuk lainnya. Yang pasti akar-akar pohon dan limbah belantara ini didesain sedemikian rupa hingga menghasilkan karya bernilai tinggi hingga siap untuk dipasarkan. Setelah dihaluskan akar-akar pohon yang telah berbentuk dilicinkan dengan pernis. Proses ini merupakan tahap akhir dari seluruh proses yang dijalankan dalam mengubah akar-akar pohon dan limbah belantara ini menjadi karya bernilai tinggi. Seluruh karya yang dihasilkan dipampang didalam sebuah shoow room. Beragam corak hasil karya monumental bertebaran didalam shoowroom ini. Lihat saja stand meja berukiran naga ini sepintas mungkin tidak akan dipercaya jika ukiran ini terbuat dari akar-akar pohon yang telah menjadi limbah dihutan belantara. Dengan sentuhan tangan trampil ukiran naga ini menjadi lebih kelihatan hidup dan fantastis. Tak hanya itu ukiran relief dalam berbagai corak yang dihasilkan para pekerja di unit usaha ini juga menghampar didalam shoow room ini mulai dari relief binatang sampai gambaran kehidupan manusia pada zaman dulu. Disetiap sudut ruangan juga terlihat sebuah meja yang terbuat dari akar pohon yang siap digunakan termasuk kursi-kursi antik yang siap pakai. Kursi-kursi ini didesain secara alami dengan mengikuti bentuk akar kayu. Tingginya inspirasi para pekerja di unit usaha ini membuat karya-karya yang dihasilkan menjadi beragam bentuk mulai dari patung binatang, akar kayu antik, kursi-kursi maupun replika binatang rusa yang masih bertanduk asli.

Karya-karya yang menghampar di shoow room ini dijual dengan harga beragam mulai dari 5  juta hingga  40 juta rupiah. Dari seluruh karya yang dihasilkan yang paling termahal adalah  relief dengan harga jual mencapai 40 juta rupiah perbuah sedangkan yang paling termurah adalah ukiran meja dengan harga jual mencapai  3 juta rupiah. Dengan harga jual yang relatif terjangkau ini tak heran banyak pelanggan yang terpesona dengan karya-karya ini bahkan hampir setiap saat selalu mengunjungi shoow room ini. Selain untuk membeli atau memesan produk para pengunjung juga dibuai oleh ketakjuban dan nilai-nilai luhur yang tersaji  dari setiap ukiran akar-akar pohon dan limbah belantara ini. "Kerajinan yang ada ditempat ini sangat mengesankan"Kata Sugiono, seorang pelanggan.

Usaha ini sendiri mulai dirintis oleh I Gede Tanda sejak tahun 2000 lalu. Dengan melihat sumber daya yang melimpah warga asal kota Denpasar - Bali yang masih berstatus pegawai negeri sipil di lingkup dinas tenaga kerja sulawesi tenggara akhirnya memilh  pensiun dini dan memilih total menjalankan usaha ini. Dengan modal uang pesiunnya I gede tanda merintis usaha ini  mulai dari nol. Meski sempat jatuh bangun selama kurang lebih dua tahun namun semangatnya tak pernah surut. Keyakinannya untuk mentransformasi akar-akar pohon dan limbah belantara ini menjadi karya bernilai tinggi akhirnya menapaki titik cerah setelah tiga tahun kemudian.

I Gede Tanda mengaku dalam sebulan ia mampu menghasilkan banyak karya dengan berbagai bentuk. Untuk stand meja beukiran naga misalnya dalam sebulan mencapai lima buah namun jumlah itu bisa lebih tergantung dari permintaan atau pesanan pelanggan. Kini selama hampir tujuh tahun menjalankan usaha pemanfaatan akar-akar pohon dan limbah belantara ini banyak kalangan telah menikmatinya baik ditingkat lokal maupun nasional. Tak hanya itu beragam pameran juga telah ia ikuti untuk menunjukkan karya-karyanya. Meski  dukungan pemerintah setempat tidak pernah ia nikmati namun jerih payahnya tidak sia-sia dan kini ia telah menikmatinya. Dalam sebulan ia mampu meraup omset higga ratusan  juta rupiah. Kini igede tanda tengah mencoba untuk menembus pasar global dengan satu harapan karya anak bangsa bisa lebih dikenal dimata dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar