Rabu, 25 Februari 2009
Wapres Soroti Pengusiran Penambang Emas
Wakil Presiden Jusuf Kalla secara lantang menyoroti buruknya kebijakan Pemeintah Daerah Kabupaten Bomnbana dan Sulawesi Tenggara setempat dalam mengatur dan menangani para pendulang emas yang beraktivitas di Kabupaten Bombana. Dalam pidatonya Jusuf Kalla menegaskan bahwa tindakan pengusiran paksa terhadap para pendulang emas yang disertai dengan ancaman penembakan dianggap tidak perlu terjadi.
Menurut Wapres, para pendulang emas harusnya dibina dan ditatar bukan malah sebaliknya dipaksa angkat kaki secara refresif agar meningalkan lokasi tambang.
Memang selama ini para pendulang emas yang beraktivitas di Kabupaten Bombana tidak semuanya bernasib mujur. Sejak akses publik terbuka dilokasi tambang emas itu, tercatat jumlah pendulang emas yang datang ke kabupaten bombana mencapai kurang lebih 60 ribu orang. Dari jumlah ini sebagain diantaranya memiliki legalitas dari pemda setempat namun tidak sedikit juga berstatus sebagai pendatang haram alias illegal. Upaya penertiban dengan cara mengusir paksa para pendulang emas yang dianggap illegal pun hampir setiap saat dilakukan, namun celakanya tidak sedikit yang menjadi korban adalah pendulang emas yang telah membayar surat izin.
Oleh wapres penataan dan pengaturan para pendulang emas harus dilakukan secara menyeluruh. Sudah pada tempatnya pemerintah mengambil peran untuk mengatur para pendulang emas baik dalam pemberian bantuan modal maupun pemberian pemahaman bagi para pendulang yang memiki keterbatasan sumberdaya. Karena itu wapres berjanji untuk mendatang staf departemen esdm untuk melakukan pelatihan khusus bagi para pendulang emas guna menjamin kegiatan para pendulang emas tetap berkelanjutan dan tidak menciptakn degradasi lingkungan.
Selasa, 24 Februari 2009
Upacara Tolak Bala di TNRAW
By : Midwan
Umat hindu - bali yang bermukim disekitar Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Kecamatan Tinaggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara memilik tradisi tersendiri dalam memohon keselamatan jagad raya kepada para dewa. Dengan membawa berbagai macam sesajen ratusan warga menggelar upacara tolak bala dipinggir sebuah rawa. Selain memohon agar terhindar dari berbagai macam malapetaka mereka juga mendoakan agar kondisi alam dan lingkungan hidup tetap terjaga.
Dengan membawa berbagai macam sesajen dan seraya memainkan beragam bunyi-bunyian ratusan umat hindu-bali yang tinggal disekitar Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai secara bersama menuju kesebuah rawa yang ada didalam kawasan untuk menggelar upacara adat. Sebelum upacara dimulai ketua adat yang akan memimpin upacara terlebih dahulu memanjatkan doa ditepi rawa. Tujuannya agar roh-roh jahat tidak menggangu jalannya proses upacara. Setelah itu warga pun berkumpul disisi rawa. Untuk mengiringi prosesi upacara beragam bunyi-bunyian terlebih dahulu dimainkan dan setelah itu suasana pun berubah menjadi sepi. Sesajen yang dibawa oleh setiap warga untuk dijadikan sebagai persembahan kepada dewa penyelamat kemudian dibakar.
Oleh warga hindu-bali yang tinggal di Desa Lapoa Kecamatan Tinanggea meyakini upacara adat yang disebut dengan upacara putayatme itu tak lain untuk memberi persembahan kepada kepada butakalo atau dewa penyelamat. Dengan tujuan agar butakalo memberi keselamatan bagi warga serta menjauhkan warga dari segala malapetaka. Melalui upacara ini warga berharap butakalo bisa menjadi butaito atau pemberi keselamatan bagi seluruh alam semesta dan umat manusia yang menghuni jagat ini.
Setelah seluruh prosesi upacara dilangsungkan para ketua adat pun menaburkan sesajen kedalam rawa. Sesajen ini menjadi persembahan terakhir bagi dewa penyelamat sekaligus diyakini sebagai titian untuk mendapatkan sebuah kesucian. Seluruh warga pun kemudian mensucikan diri dengan air rawa dan air suci juga dibagikan kepada setiap warga yang mengikuti upacara.
Penambang Emas Rusak Kawasan Konservasi
BY : Midwan
Aktivitas pendulangan emas yang dilakukan secara sporadis oleh ribuan warga didalam kawasan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Mangolo di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara kini menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan dan kelestarian kawasan itu. Warga yang mengabaikan jasa lingkungan kawasan itu selama puluhan tahun secara langsung kini menjadi agen perusak kawasan tersebut demi memburu butiran emas.
Memang, sejak kawasan konservasi Taman Wisata Alam Mangolo yang berada diwilayah ulunggolaka kabupaten kolaka diketahui oleh warga pada pertengahan bulan september 2008 menyimpan potensi tambang emas, hampir setiap harinya sungai ulunggolaka selalu ramai dibanjiri warga yang datang dari berbagai daerah untuk berburu emas. Namun bayang-bayang untuk mendapatkan butiran emas disungai itu membuat warga justru mengabaikan jasa lingkungan kawasan konservasi tersebut, padahal sejak puluhan tahun kawasan ini menjadi satu-satunya penyedia jasa lingkungan bagi masyarakat di kabupaten kolaka termasuk penyedia sumber air bersih sekaligus menjadi kawasan penyangga bagi masyarakat di Sulawesi Tenggara.
Nilai-nilai itu nampaknya tidak berarti lagi bagi para pemburu emas. Selain menggunakan peralatan tradisonal warga yang memburu butiran emas disungai ini juga melakukan penggalian disekitar daerah aliran sungai sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan ekosistem sungai. Tidak adanya kontrol pemerintah setempat mengakibatkan warga secara bebas merusak kawasan ini bahkan banyak warga yang mendirikan tenda secara serampangan.
Namun bagi para pemburu emas prinsip mereka sederhana. Demi meraup rupiah merekapun harus mencari butiran emas sebanyak-banyaknya kendati cara mereka harus merusak kawasan ini. "Kami tidak ada pilihan. kami tau ini kawasan konservasi tetapi kami butuh emas untuk dapt uang"Kata Ati dan Anas.
Kondisi ini tentu dilematis apalagi ditengah kondisi warga yang dibelenggu kemiskinan. Namun apapun bentuknya pemerintah setempat perlu mencari alternatif terbaik paling tidak mempertemukan dua kepentingan yang berbeda itu, masing-masing kepentingan warga yang berupaya keluar dari garis kemiskinan dan kepentingan pelestarian kawasan ini sebagai satu-satunya penyedia jasa lingkungan terbesar bagi keberlanjutan hidup masyarakat dan ekologi kawasan.
Senin, 23 Februari 2009
Berita Photo : Pesona Alam Telaga Biru
Menikmati pesona alam terbuka tentu menawarkan satu cerita dan kesan tersendiri. Telaga Biru yang berada dikawasan karst Soropia Kabupaten Konawe mungkin bisa menjadi salah satu pilihan. Selain keindahan telaga birunya, didalm kawasan ini juga anda bisa menikmati aneka flora dan fauna yang cukup unik. Kondisinya yang masih terjaga membuat kawasan ini tetap Natural. Tidak jarang heran akan menjumpai ekosistem bakau purba yang tumbuh didalam eksistem telaga biru.
Berita Foto : Pegunungan Mekongga Digunduli, Banjir Bandang Menghantam Perkampungan Warga
Banjir Bandang makin menciptakan petaka buruk bagi warga. Rusaknya kawasan hutan diwiayah pegunungan mekongga akibat aktivitas pembalakan liar yang dimainkan oleh sejumlah perusahaan HPH tidak saja mengancam terjadinya bencana ekologi, akan tetapi banjir bandang akibat luapan sungai rante angin telah menghancurkan harta benda warga yang tersebar dikecamatan ranteangin kabupaten kolaka - sulawesi tenggara. Ini tentu menjadi petaka buruk apalagi hampir setiap tahunnya banjir bandang selalu terjadi didaerah itu.
Berita Foto : Pembalakan Liar Mengancam Terjadinya Bencana Ekologi Di Sulawesi Tenggara
Aktivitas pembalakan liar diwilayah Sulawesi Tenggara kian tidak terkendali. Hadirnya perusahaan HPH sekelas PT Intisixta yang beroperasi diwilayah Kecamatan Asera-Wiwirano Kabupaten Konawe Utara telah menciptakan laju kerusakan hutan yang makin sporadis. Dengan mengandalkan izin HPH, perusahaan ini tidak hanya menebang kayu didalam areal konsesinya, tetapi telah merambah kawasan hutan hingga keluar areal. Bukan saja hanya bajir bandang, ancaman terjadinya bencana ekologis didaerah itu makin terbuka lebar.
“Selamat Tinggal Bom Ikan”
By : Midwan
Perlahan tapi pasti, cara penangkapan ikan dengan bom mulai ditinggalkan nelayan. Setidaknya, itu dilakukan oleh Sabang, nelayan asal Sulawesi Tenggara yang sejak tiga tahun lalu beralih profesi dari seorang pembom ikan menjadi pembudidaya berbagai jenis ikan dengan keramba
Bekerja sebagai nelayan pembom ikan membuat para nelayan terkadang harus diperhadapkan dengan berbagai resiko yang sangat mengerikan. Tidak hanya cacat. Bahkan resiko yang paling terburuk para nelayan yang menekuni kegiatan dengan menggunakan bahan peledak ini terkadang harus kehilangan nyawa bila bahan peledak yang mereka gunakan tiba-tiba meledak didalam genggaman. Inilah yang dialami Sabang (35 tahun) seorang nelayan di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara harus rela kehilangan salah satu lengannya setelah bahan peledak yang digunakannya meledak ditangannya.
Kisah pedih itu benar-benar masih diingatnya. Kegiatan berkategori ilegal fishing itu dilakoninya sejak masih berusia 20 tahun. Karena trauma Sabang pun meninggalkan kegiatan yang ditekuninya selama bertahun -tahun itu dan kini beralih menekuni kegiatan budidaya ikan dan lobster melalui keramba.
Berjarak hanya sekitar 200 meter dari desanya tinggal Sabang membangun sebuah karamba yang dijadikannya sebagai tempat budidaya ikan dan lobster sekaligus menjadi tempat tinggalnya.
Sejak tiga tahun beralih profesi dari sebelumnya sebagai seorang pembom ikan Sabang menghabiskan waktunya dikaramba ini. Karamba yang dibangunnya diatas laut degan ukuran 7 x 6 meter ini terdiri dari dua petak masing-masing dibatasi dengan jarring. Petak pertama berisi ikan-ikan kelas satu seperti ikan kurapu dan petak lainnya berisi lobster atau lazimnya dikenal dengan udang laut. Pilihannya untuk beralih profesi ini ia lakukan menyusul pertisitiwa tragis yang dialaiminya sehingga menyebabkan sebelah tangannya cacat akibat terkena ledakan bom disamping pendapatannya yang tidak sebanding dengan resiko kegiatannya sebagai pembom ikan.
Dengan bantuan modal dari salah seorang pengusaha yang tinggal didesanya Ia pun mulai menekuni kegiatannya dan kini telah berjalan kurang lebih tiga tahun.dengan usaha ini pula Ia mampu meraih pendapatan lebih dibanding sebelumnya ketika masih menekuni kegiatan sebagai pembom ikan.
“Alhamdulillah dari usaha ini saya bisa menyekolahkan anak,”kata Sabang.
Kegiatan usaha ini secara perlahan mulai Ia rasakan manfaatnya. Meski usahanya belum pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat namun memori sadarnya telah membuatnya untuk meningalkan kegiatannya sebagai pembom ikan, apalagi Ia sangat sadar jika kegiatan semacam itu menimbulkan dampak buruk terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang.
Sabang hanyalah satu dari sekian pelaku pembom ikan yang ada didesa mekar jaya yang akhirnya harus beralih profesi sebagai dari pembom ikan menjadi pelaku budidaya karamba ikan kurapu dan lobster. Motivasi untuk menambah pendapatan dan menekan laju kerusakan lingkungan telah membuat sabang untuk tidak lagi menekuni kegiatannya sebelumnya memainkan bahan peledak apalagi setelah dirinya didera cacat setelah terkena ledakan bom.
Perlahan tapi pasti, cara penangkapan ikan dengan bom mulai ditinggalkan nelayan. Setidaknya, itu dilakukan oleh Sabang, nelayan asal Sulawesi Tenggara yang sejak tiga tahun lalu beralih profesi dari seorang pembom ikan menjadi pembudidaya berbagai jenis ikan dengan keramba
Bekerja sebagai nelayan pembom ikan membuat para nelayan terkadang harus diperhadapkan dengan berbagai resiko yang sangat mengerikan. Tidak hanya cacat. Bahkan resiko yang paling terburuk para nelayan yang menekuni kegiatan dengan menggunakan bahan peledak ini terkadang harus kehilangan nyawa bila bahan peledak yang mereka gunakan tiba-tiba meledak didalam genggaman. Inilah yang dialami Sabang (35 tahun) seorang nelayan di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara harus rela kehilangan salah satu lengannya setelah bahan peledak yang digunakannya meledak ditangannya.
Kisah pedih itu benar-benar masih diingatnya. Kegiatan berkategori ilegal fishing itu dilakoninya sejak masih berusia 20 tahun. Karena trauma Sabang pun meninggalkan kegiatan yang ditekuninya selama bertahun -tahun itu dan kini beralih menekuni kegiatan budidaya ikan dan lobster melalui keramba.
Berjarak hanya sekitar 200 meter dari desanya tinggal Sabang membangun sebuah karamba yang dijadikannya sebagai tempat budidaya ikan dan lobster sekaligus menjadi tempat tinggalnya.
Sejak tiga tahun beralih profesi dari sebelumnya sebagai seorang pembom ikan Sabang menghabiskan waktunya dikaramba ini. Karamba yang dibangunnya diatas laut degan ukuran 7 x 6 meter ini terdiri dari dua petak masing-masing dibatasi dengan jarring. Petak pertama berisi ikan-ikan kelas satu seperti ikan kurapu dan petak lainnya berisi lobster atau lazimnya dikenal dengan udang laut. Pilihannya untuk beralih profesi ini ia lakukan menyusul pertisitiwa tragis yang dialaiminya sehingga menyebabkan sebelah tangannya cacat akibat terkena ledakan bom disamping pendapatannya yang tidak sebanding dengan resiko kegiatannya sebagai pembom ikan.
Dengan bantuan modal dari salah seorang pengusaha yang tinggal didesanya Ia pun mulai menekuni kegiatannya dan kini telah berjalan kurang lebih tiga tahun.dengan usaha ini pula Ia mampu meraih pendapatan lebih dibanding sebelumnya ketika masih menekuni kegiatan sebagai pembom ikan.
“Alhamdulillah dari usaha ini saya bisa menyekolahkan anak,”kata Sabang.
Kegiatan usaha ini secara perlahan mulai Ia rasakan manfaatnya. Meski usahanya belum pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat namun memori sadarnya telah membuatnya untuk meningalkan kegiatannya sebagai pembom ikan, apalagi Ia sangat sadar jika kegiatan semacam itu menimbulkan dampak buruk terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang.
Sabang hanyalah satu dari sekian pelaku pembom ikan yang ada didesa mekar jaya yang akhirnya harus beralih profesi sebagai dari pembom ikan menjadi pelaku budidaya karamba ikan kurapu dan lobster. Motivasi untuk menambah pendapatan dan menekan laju kerusakan lingkungan telah membuat sabang untuk tidak lagi menekuni kegiatannya sebelumnya memainkan bahan peledak apalagi setelah dirinya didera cacat setelah terkena ledakan bom.
Berita Photo : Eksekusi Rumah Diatas Tanah Sengketa
Dua buah rumah yang berdiri diatas areal tanah sengketa di jalan poros anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara dibongkar paksa oleh tim eksekusi dari pengadilan negeri setempat. Pemilik bangunan rumah Djafar Muhammad yang semula bersikeras menolak eksekusi dan berencana melakukan perlawanan tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan pengawalan ketat ratusan personil kepolisian tim eksekusi membongkar habis seluruh bangunan rumah hingga rata dengan tanah.
Jumat, 20 Februari 2009
Puluhan Rumah luluhlantak Diterjang Angin
Angin kencang kembali menciptakan petaka bagi warga. Di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara / puluhan rumah tangga yang tersebar di tiga desa di Kecamatan Puriala harus kehilangan harta benda dan tempat tinggal setelah rumah-rumah mereka luluh lantak setelah diterjang angin kencang. Tak hanya itu sejumlah fasilitas publik dan rumah ibadah juga ikut rusak. Meski tidak ada korban jiwa namun warga yang masih trauma kini harus tinggal diantara reruntuhan rumah mereka.
Wartawan Gadungan Dicekok Polisi
Senin, 16 Februari 2009
Anarkis Aksi Warga Tolak Eksploitasi Nikel Di Pulau Wawonii
Langganan:
Postingan (Atom)