Rabu, 21 Januari 2009

Tradisi Karia Dikaledupa-Wakatobi





By : Midwan

Masyarakat di kecamatan kaledupa kabupaten wakatobi sulawesi tenggara punya tradisi tersendiri dalam menanamkan nilai-nilai etika moral dan spiritual terhadap anak laki-laki dan perempuan yang mulai beranjak remaja. Melalui tradisi karia setiap anak laki-laki dan perempuan yang akan melepas masa usia anak-anaknya dan akan memasuki usia remaja dikumpul bersama dan selanjutnya diantar keliling kampung oleh para pemangku adat dan masyarakat menuju kesebuah tempat penobatan. selain memberi makna spiritual tradisi ini juga menjadi ritual tiga tahunan yang mempertemukan seluruh masyarakat didaerah itu.

Dalam tradisi yang digelar setiap tiga tahun ini, seluruh sarahuu atau pemangku adat di kecamatan kaledupa mulai dari wilayah barat hingga wilayah timur datang dan berkumpul bersama untuk merayakan tradisi yang dianggap sebagai hari bergembira dan bahagia ini. tarian tamburu menjadi pembuka tradisi ini. Para pemangku adat yang datang dari berbagai kampung memainkan tarian tamburu yang berbeda pula. Pemangku adat dari wilayah timur memainkan tarian tamburu liumbosa sedangkan dari wilayah barat memainkan tarian tamburu liukosa. kedua tarian ini pada hakekatnya memiliki makna yang sama sebagai gambaran suka duka para anak-anak yang mengikuti tradisi karia ini dan sebentar lagi akan memasuki masa usia remaja.

Setelah seluruhnya berkumpul para pemangku adat selanjutnya memanjatkan doa di dalam masjid yang diikuti oleh para orang tua dan anak-anak yang ikut dalam tradisi ini. Sesuai adat yang diyakini oleh masyarakat kaledupa setiap anak laki-laki dan perempuan yang akan memasuki usia remaja diwajibkan menjalani tradisi karia ini. biasanya tradisi karia ini berlangsung dua hari bertuturt-turut. Hari pertama untuk anak laki-laki dan hari berikutnya khusus anak perempuan. Tradisi ini secara filosofis bertujuan untuk membekali anak laki-laki dan perempuan dengan nilai-nilai etika moral dan spiritual baik statusnya sebagai seorang anak ibu istri maupun sebagai anggota masyarakat.

Menariknya sebelum prosesi karia ini digelar terlebih dahulu diadakan selamatan dengan mengundang sanak keluarga kerabat dan handai taulan baik yang berada diwilayah wakatobi maupun yang berada diluar kota. Setelah semua prosesi dilakukan seluruh anak-anak baik laki-laki maupun perempuan kemudian diantar oleh para pemangku adat para orang tua anak dan seluruh masyarakat dengan berjalan kaki sepanjang lima kilometer diperkampungan menuju tempat penobatan terakhir berbagai tradisi lainnya juga ditampilkan saat dalam perjalanan.

Selain menyuarakan yel-yel para pemuda adat yang berada dibarisan paling depan juga menampilkan atraksi tarian balumpa. tak hanya itu para pemangku adat juga menggelar takbir disepanjang jalan yang diikuti dengan pembagian uang koin bagi masyarakat yang tidak ikut dalam barisan adat ini. selain untuk mempertebal nilai spiritual sang anak setelah memasuki usia remaja nanti kegiatan ini juga untuk mendoakan sang anak agar terhindar dari bala dan malapetaka. Tingginya animo masyarakat untuk merayakan tradisi tiga tahunan ini membuat suasana disepanjang jalan kecamatan kaledupa disesaki oleh ribuan manusia. bagi masyarakat kaledupa suasana seperti inilah yang dinantikan dimana semua masyarakat yang berasal dari seluruh penjuru berkumpul bersama dan merayakan tradisi berbahagia ini.

Tak heran hampir masyarakat rela berdesak-desakan saat memasuki tempat penobatan terakhir. sebagai simbol prosesi penobatan telah dilakukan seorang pria yang telah beranjak akil balik ditempatkan diatas sebuah kursi sambil diiringi alunan ayat suci alqur’an dari para pemangku adat. (**)

1 komentar: